Salam(Syzygium polyanthum)
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Spesies : Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.
Morfologi
Pohon bertajuk rimbun, tinggi mencapai 25 – 30m, berakar tunggang, batang bulat, permukaan licin. Kulit batang berwarna cokelat abu-abu, memecah atau bersisik. Daun tunggal, letak berhadapan, bertangkai yang panjangnya 0,5 – 1 cm. Helaian daun berbentuk lonjong sampai elips atau bundar telur sungsang, ujung meruncing, pangkal runcing, tepi rata, panjang 5-15 cm, lebar 3-8 cm, pertulangan menyirip, permukaan atas licin berwarna hijau muda (Herbie, 2015; Putra, 2015). Daun bila diremas berbau harum. Bunga dari salam merupakan bunga majemuk tersusun dalam malai yang keluar dari ujung ranting, warnanya putih, baunya harum. Buahnya buah buni, bulat berdiameter 8-9 mm, warnanya hijau (muda) dan berubah menjadi merah gelap setelah masak. Biji bulat, penampang sekitar 1 cm, warnanya coklat (Herbie, 2015; Putra, 2015).
Manfaat
Dalam pemanfaatannya untuk pengobatan, bagian tanaman salam yang digunakan adalah bagian daun, kulit batang dan akar. Secara empiris, air rebusan daun salam digunakan oleh masyarakat untuk pengobatan penyakit kolesterol tinggi, kencing manis, hipertensi, gastritis, dan diare. Sebagai bahan obat tradisional, Syzygium polyanthum digunakan sebagai obat diabetes mellitus, gangguan lambung, mengatasi penyakit haemorrhoids, penyakit kulit seperti kudis, penyegar, hipertensi dan kolesterol. Secara ilmiah telah dibuktikan Syzygium polyanthum memiliki bioaktivitas sebagai antimikroba, antioksidan, antidiabetes, dan anti kolesterol (Herbie, 2015; Silalahi, 2017; Utami dan Sumekar, 2017).
Aktivitas daun salam sebagai antidiabetes dibuktikan dalam penelitian Parisa, (2016) mengenai efek ekstrak daun salam pada kadar glukosa darah. Daun salam diduga memiliki efek anti diabetes melalui aktivitas senyawa fenolflavonoid yang dapat menurunkan kadar gula darah. Hal ini telah dibuktikan dalam beberapa penelitian baik yang dilakukan secara in vivo, yaitu dengan menggunakan hewan percobaan, maupun penelitian langsung kepada manusia, dimana setelah diberikan ekstrak daun salam terjadi penurunan pada kadar gula darah secara signifikan. Selain itu dalam penelitian Kuswara, (2015) mengenai uji toksisitas akut infusa daun salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) terhadap gambaran histopatologi hepar tikus galur wistar, tidak ditemukan sel hepatosit yang mengalami degenerasi hidropik, degenerasi lemak, dan nekrosis sehingga daun salam aman dikonsumsi pada manusia.